Gonjang ganjing politik di Tanah Air semakin memanas. Pesta demokrasi lima tahunan ini telah mamasuki babak krusial. Seluruh parpol mulai ...
Gonjang ganjing politik di Tanah Air semakin memanas. Pesta demokrasi lima tahunan ini telah mamasuki babak krusial. Seluruh parpol mulai 'unjuk gigi' pada publik agar nantinya dipilih rakyat dan jadi pemenang. Berbagai media yang ada tak luput dari 'demam' pemilu. Iklan partai dan tokoh politik nasional dan lokal terpampang menghiasi sekaligus mengotori.
Seiring waktu, nun jauh di sana dunia dikejutkan pembantaian rakyat Palestina yang dilakukan Israel. Aksi brutal itu kontan memanggil 'nurani' PKS berontak. Peduli, salah satu slogan yang diusung menuntun PKS turun ke jalan sehari setelah agresi tersebut.
Demonstrasi peduli Palestina berlanjut kali ini dengan massa lebih besar mengutuk kebiadaban zionis, pada 2 January 2009 di Bundaran HI. Pro dan kontrapun mengemuka, PKS dituduh mencuri start kampanye. Perang media memanas hingga Bawaslu mendudukkan Tifatul Sembiring (Presiden PKS) cs dikursi tersangka.
Solidaritas Palestina kini telah mendunia. Brutalisme dengan korban tewas mendekati angka seribu belum ada signal kebiadaban itu akan diakhiri. Resolusi gencatan senjata oleh DK PBB tak bertaji, bahkan seolah memberi energi.
Serbuk kimia berbahayapun ditemukan dari serpihan senjata digunakan Israel meski konvesi Jenewa melarangnya. Dunia international mengutuknya, demonstrasi besar-besaran digelar di tiap negara.
Terlepas tuduhan yang diajukan Bawaslu kepada PKS, apakah murni pelanggaran kampanye ataukah ada motif politisasi. Namun beberapa hal yang perlu digaribawahi adalah: Pertama, Slogan Bersih, Peduli dan Professional yang diusung memang melekat dalam diri PKS.
Kepedulian tidak terbatas hanya lingkup nasional seperti penanggulangan bencana alam dan banjir melanda negeri ini. Bahkan di tingkat international karena bersandar pada NKRI adalah bagian dari komunitas dunia.
Kedua, Isu Kemanusiaan yang serius. PKS tidak hanya turun ke jalan berdemonstrasi tapi penggalanan dana, dilanjutkan dengan lobi ke sejumlah negara dan duta besar, pengiriman bantuan tenaga medis dan juga obat-obatan.
Ini lebih penting dari 'sekadar' kampanye untuk menarik simpati Pemilih. Terbukti, belakangan korban tewas telah mendekati angka seribu, dan empat ribuan luka-luka dimana mayoritas dari mereka wanita dan anak-anak.
Ketiga, Elit Politik PKS mampu menunjukkan publik bahwa mereka pemimpin visioner. Seorang Presiden yang notabene non muslim seperti Hugo Chavez tentu tidak akan gegabah mengusir duta besar Israel dari negaranya. Namun, sudut pandang kemanusiaannya mengharuskan tindakan tersebut diambil. Disinilah, visi seorang pemimpin diuji untuk mengambil keputusan. Dan, PKS telah membuktikannya.
Sadar atau tidak, pembelajaran yang dimainkan PKS harus diikuti oleh parpol lain. Elit politik yang visioner sehingga mampu bersikap dan bertindak dengan tepat. Komentar miring ataupun mencibir hanya pertanda kedengkian yang akan menghambat laju negeri menuju bangsa besar dan bermartabat.
Widodo, widodo@nhm.co.id
Seiring waktu, nun jauh di sana dunia dikejutkan pembantaian rakyat Palestina yang dilakukan Israel. Aksi brutal itu kontan memanggil 'nurani' PKS berontak. Peduli, salah satu slogan yang diusung menuntun PKS turun ke jalan sehari setelah agresi tersebut.
Demonstrasi peduli Palestina berlanjut kali ini dengan massa lebih besar mengutuk kebiadaban zionis, pada 2 January 2009 di Bundaran HI. Pro dan kontrapun mengemuka, PKS dituduh mencuri start kampanye. Perang media memanas hingga Bawaslu mendudukkan Tifatul Sembiring (Presiden PKS) cs dikursi tersangka.
Solidaritas Palestina kini telah mendunia. Brutalisme dengan korban tewas mendekati angka seribu belum ada signal kebiadaban itu akan diakhiri. Resolusi gencatan senjata oleh DK PBB tak bertaji, bahkan seolah memberi energi.
Serbuk kimia berbahayapun ditemukan dari serpihan senjata digunakan Israel meski konvesi Jenewa melarangnya. Dunia international mengutuknya, demonstrasi besar-besaran digelar di tiap negara.
Terlepas tuduhan yang diajukan Bawaslu kepada PKS, apakah murni pelanggaran kampanye ataukah ada motif politisasi. Namun beberapa hal yang perlu digaribawahi adalah: Pertama, Slogan Bersih, Peduli dan Professional yang diusung memang melekat dalam diri PKS.
Kepedulian tidak terbatas hanya lingkup nasional seperti penanggulangan bencana alam dan banjir melanda negeri ini. Bahkan di tingkat international karena bersandar pada NKRI adalah bagian dari komunitas dunia.
Kedua, Isu Kemanusiaan yang serius. PKS tidak hanya turun ke jalan berdemonstrasi tapi penggalanan dana, dilanjutkan dengan lobi ke sejumlah negara dan duta besar, pengiriman bantuan tenaga medis dan juga obat-obatan.
Ini lebih penting dari 'sekadar' kampanye untuk menarik simpati Pemilih. Terbukti, belakangan korban tewas telah mendekati angka seribu, dan empat ribuan luka-luka dimana mayoritas dari mereka wanita dan anak-anak.
Ketiga, Elit Politik PKS mampu menunjukkan publik bahwa mereka pemimpin visioner. Seorang Presiden yang notabene non muslim seperti Hugo Chavez tentu tidak akan gegabah mengusir duta besar Israel dari negaranya. Namun, sudut pandang kemanusiaannya mengharuskan tindakan tersebut diambil. Disinilah, visi seorang pemimpin diuji untuk mengambil keputusan. Dan, PKS telah membuktikannya.
Sadar atau tidak, pembelajaran yang dimainkan PKS harus diikuti oleh parpol lain. Elit politik yang visioner sehingga mampu bersikap dan bertindak dengan tepat. Komentar miring ataupun mencibir hanya pertanda kedengkian yang akan menghambat laju negeri menuju bangsa besar dan bermartabat.
Widodo, widodo@nhm.co.id
COMMENTS