Memanfaatkan sisa waktu kampanye yang tinggal sebulan, PKS makin gencar mengakrabi pemilihnya. Tak mau kehilangan dukungan, partai dakwah it...
Memanfaatkan sisa waktu kampanye yang tinggal sebulan, PKS makin gencar mengakrabi pemilihnya. Tak mau kehilangan dukungan, partai dakwah itu pun rela menyambangi konstituennya dari pintu ke pintu. Dengan taktik ini PKS ingin memastikan pendukungnya tak salah contreng.
Di Yogyakarta misalnya, sekitar PKS mengerahkan 30 ribu kadernya bergerak dari pintu ke pintu untuk menyosialisasikan cara memilih dalam Pemilu 2009 dengan teknik mencontreng. Program Sowan Warga Jogja ini diharapkan mampu menekan suara tak sah karena salah contreng di provinsi itu.
"Kader PKS bergerak untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana cara memilih pada pemilu nanti, yakni dengan mencontreng," kata Humas Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS DIY, Dwi Budi Utomo, Senin (2/3).
Ia mengatakan, berdasarkan data yang dimiliki PKS, hampir 80 persen warga DIY belum mengetahui cara mencontreng dan partai politik (parpol) yang ikut menjadi peserta Pemilu 2009.
Dengan berbekal contoh surat suara berbagai ukuran, kader PKS mulai pukul 09.00 WIB secara serentak mendatangi rumah warga DIY dari perkotaan sampai wilayah pedesaan, bahkan pegunungan. “Tujuannya mengajarkan masyarakat cara mencontreng dengan benar dan menunjukkan beberapa cara yang salah dalam mencontreng," katanya.
Ia mengatakan, sosialisasi ini memperoleh sambutan antusias warga yang mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi sebelumnya. Mereka bahkan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya tentang tanggal pelaksanaan pemilu.
Selain itu, solusi jika ada kesalahan contreng dengan coblos, jumlah surat suara, jumlah caleg PKS, cara membuka surat suara, hingga pertanyaan cara pindah TPS bagi pemilih dari luar DIY.
"Keseluruhan pertanyaan tersebut dijawab dengan sebagian amunisi yang dibawa kader PKS, berupa tiga lembar contoh surat suara pemilu legislatif tingkat pusat dan daerah, profil PKS, profil caleg PKS dari DPR RI hingga DPRD Tingkat II, lembaran contoh contreng benar dan salah, maupun jawaban secara lisan," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dari hasil kegiatan Sowan Warga Jogja kader PKS di DIY mendapatkan berbagai temuan. Di antaranya, beberapa kasus politik uang dan kampanye negatif (black campaign).
"Ini dibuktikan dari setiap kali kader PKS silaturahim dari satu rumah ke rumah dianggap akan memberikan uang saku sebagaimana parpol lain yang pernah datang ke rumah warga. Besarnya uang saku yang biasa diterima warga berkisar dari Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu," katanya.
Budi mengatakan, dalam kesempatan tersebut beberapa warga juga menceritakan tentang setiap kali ada pertemuan warga dengan caleg dari partai lain, mereka mendapat uang transport dan selebaran yang berisi visi misi partai yang bersangkutan hingga selebaran yang berisi 'black campaign'.
"Saat ditanya kader PKS tentang mengapa warga tidak melaporkan kasus tersebut kepada pihak yang bersangkutan, warga beralasan bahwa mereka sendiri merasa butuh uang tersebut, jadi tidak memasalahkannya atau melaporkannya," katanya.
Ia menambahkan, tidak sedikit warga yang ditanya mengenai jadwal kampanye agar mereka mengetahui waktu kapan partai politik bisa dan berhak menyebarkan visi dan misinya sesuai aturan yang berlaku, warga menjawab masa bodoh dengan hal tersebut karena tidak ada urusannya dengan mereka.
Bukti tersebut menunjukkan minimnya pengetahuan masyarakat serta rendahnya rasa memilki terhadap Pemilu 2009 yang menjadi ajang besar dalam menentukan arah dan nasib bangsa Indonesia ke depan. “Ini seharusnya tidak terjadi lagi, mengingat pelaksanaan pemilu tinggal satu bulan lagi,” katanya
sumber:inilah.com
Di Yogyakarta misalnya, sekitar PKS mengerahkan 30 ribu kadernya bergerak dari pintu ke pintu untuk menyosialisasikan cara memilih dalam Pemilu 2009 dengan teknik mencontreng. Program Sowan Warga Jogja ini diharapkan mampu menekan suara tak sah karena salah contreng di provinsi itu.
"Kader PKS bergerak untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana cara memilih pada pemilu nanti, yakni dengan mencontreng," kata Humas Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS DIY, Dwi Budi Utomo, Senin (2/3).
Ia mengatakan, berdasarkan data yang dimiliki PKS, hampir 80 persen warga DIY belum mengetahui cara mencontreng dan partai politik (parpol) yang ikut menjadi peserta Pemilu 2009.
Dengan berbekal contoh surat suara berbagai ukuran, kader PKS mulai pukul 09.00 WIB secara serentak mendatangi rumah warga DIY dari perkotaan sampai wilayah pedesaan, bahkan pegunungan. “Tujuannya mengajarkan masyarakat cara mencontreng dengan benar dan menunjukkan beberapa cara yang salah dalam mencontreng," katanya.
Ia mengatakan, sosialisasi ini memperoleh sambutan antusias warga yang mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi sebelumnya. Mereka bahkan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya tentang tanggal pelaksanaan pemilu.
Selain itu, solusi jika ada kesalahan contreng dengan coblos, jumlah surat suara, jumlah caleg PKS, cara membuka surat suara, hingga pertanyaan cara pindah TPS bagi pemilih dari luar DIY.
"Keseluruhan pertanyaan tersebut dijawab dengan sebagian amunisi yang dibawa kader PKS, berupa tiga lembar contoh surat suara pemilu legislatif tingkat pusat dan daerah, profil PKS, profil caleg PKS dari DPR RI hingga DPRD Tingkat II, lembaran contoh contreng benar dan salah, maupun jawaban secara lisan," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dari hasil kegiatan Sowan Warga Jogja kader PKS di DIY mendapatkan berbagai temuan. Di antaranya, beberapa kasus politik uang dan kampanye negatif (black campaign).
"Ini dibuktikan dari setiap kali kader PKS silaturahim dari satu rumah ke rumah dianggap akan memberikan uang saku sebagaimana parpol lain yang pernah datang ke rumah warga. Besarnya uang saku yang biasa diterima warga berkisar dari Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu," katanya.
Budi mengatakan, dalam kesempatan tersebut beberapa warga juga menceritakan tentang setiap kali ada pertemuan warga dengan caleg dari partai lain, mereka mendapat uang transport dan selebaran yang berisi visi misi partai yang bersangkutan hingga selebaran yang berisi 'black campaign'.
"Saat ditanya kader PKS tentang mengapa warga tidak melaporkan kasus tersebut kepada pihak yang bersangkutan, warga beralasan bahwa mereka sendiri merasa butuh uang tersebut, jadi tidak memasalahkannya atau melaporkannya," katanya.
Ia menambahkan, tidak sedikit warga yang ditanya mengenai jadwal kampanye agar mereka mengetahui waktu kapan partai politik bisa dan berhak menyebarkan visi dan misinya sesuai aturan yang berlaku, warga menjawab masa bodoh dengan hal tersebut karena tidak ada urusannya dengan mereka.
Bukti tersebut menunjukkan minimnya pengetahuan masyarakat serta rendahnya rasa memilki terhadap Pemilu 2009 yang menjadi ajang besar dalam menentukan arah dan nasib bangsa Indonesia ke depan. “Ini seharusnya tidak terjadi lagi, mengingat pelaksanaan pemilu tinggal satu bulan lagi,” katanya
sumber:inilah.com
COMMENTS