Nampaknya SBY tak mau kalah untuk meningkatkan popularitas partai dan dirinya. Secara pelan tapi pasti SBY melakukan politik tebar pesona di...
Nampaknya SBY tak mau kalah untuk meningkatkan popularitas partai dan dirinya. Secara pelan tapi pasti SBY melakukan politik tebar pesona di akhir masa jabatannya.
Kurang dari 4 bulan pemilu 2009 akan dilaksanakan. Manuver parpol beserta iklannya marak berlalu lalang dimana-mana. PKS dengan iklan kontroversial, PDIP dengan sembako murah, dan juga Gerindra melalui iklan sensasionalnya. Nampaknya SBY tak mau kalah untuk meningkatkan popularitas partai dan dirinya. Secara pelan tapi pasti SBY melakukan politik tebar pesona di akhir masa jabatannya.
Kurang dari 6 bulan sebelum pemilu SBY pun berusaha menggaet kaum guru, dengan menaikkan gaji mereka hingga 2-4juta. Tak hayal di kalangan guru SBY pun dieluh eluhkan sebagai pahlawan. Al hasil popularitas SBY pun meningkat drastis.
Setelah sukses meningkatkan popularitasnya di kalangan guru. Kali ini melalui situasi dunia yg sedang goyah karena krisis global, bgitu pula dengan Indonesia. SBY dengan cerdiknya memanfaatkan keadaan untuk meraup dukungan dari kaum pengusaha.
Coba lihat saja, dalam mengatasi dampak krisis global SBY malah mengeluarkan kebijakan yg cenderung memihak pada kaum pemegang saham. Dan tidak memberi proteksi dan perhatian kepada perekonomian sektor rill.
Dengan kbijakan pemerintah yg cenderung membela pengusaha dalam mengatasi krisis. Seakan pemerintah lupa bahwa sektor rill merupakan sektor yang langsung menyentuh lapisan masyarakat. Dan pemerintahan SBY lupa bahwa hanya kurang dari 1% saja rakyat Indonesia yg bermain saham.
Melalui hal itu secara tidak langsung SBY telah memihak pengusaha, dan berharap citranya di kalangan pengusaha semakin moncer.
Setelah kaum guru dan pemain saham, SBY pun berusaha bergeser untuk mencari dukungan. Kali ini baru rakyat kecil yg menjadi basis politiknya. Kali ini memanfaatkan harga minyak mentah yg smakin merosot hingga U$ 40/ barel di akhir Desember. Jika melihat harga minyak yg sedemikian rendah, seharusnya harga Bensin bisa diturunkan ke Rp.4000,00 dari Rp.6000,00.
Namun ditangan SBY penurunan hanya mencapai Rp.5000,00. Dan ada indikasi penundaan penurunan harga bensin menjadi Rp4.000,00 hingga Januari 2009. Padahal bulan itu sudah mendekati masa kampanye parpol 2009.
Tak hayal penurunan harga BBM pun menjadi alat politisasi pencitraan sang SBY.
Diposkan oleh Agus Riyanto
Kurang dari 4 bulan pemilu 2009 akan dilaksanakan. Manuver parpol beserta iklannya marak berlalu lalang dimana-mana. PKS dengan iklan kontroversial, PDIP dengan sembako murah, dan juga Gerindra melalui iklan sensasionalnya. Nampaknya SBY tak mau kalah untuk meningkatkan popularitas partai dan dirinya. Secara pelan tapi pasti SBY melakukan politik tebar pesona di akhir masa jabatannya.
Kurang dari 6 bulan sebelum pemilu SBY pun berusaha menggaet kaum guru, dengan menaikkan gaji mereka hingga 2-4juta. Tak hayal di kalangan guru SBY pun dieluh eluhkan sebagai pahlawan. Al hasil popularitas SBY pun meningkat drastis.
Setelah sukses meningkatkan popularitasnya di kalangan guru. Kali ini melalui situasi dunia yg sedang goyah karena krisis global, bgitu pula dengan Indonesia. SBY dengan cerdiknya memanfaatkan keadaan untuk meraup dukungan dari kaum pengusaha.
Coba lihat saja, dalam mengatasi dampak krisis global SBY malah mengeluarkan kebijakan yg cenderung memihak pada kaum pemegang saham. Dan tidak memberi proteksi dan perhatian kepada perekonomian sektor rill.
Dengan kbijakan pemerintah yg cenderung membela pengusaha dalam mengatasi krisis. Seakan pemerintah lupa bahwa sektor rill merupakan sektor yang langsung menyentuh lapisan masyarakat. Dan pemerintahan SBY lupa bahwa hanya kurang dari 1% saja rakyat Indonesia yg bermain saham.
Melalui hal itu secara tidak langsung SBY telah memihak pengusaha, dan berharap citranya di kalangan pengusaha semakin moncer.
Setelah kaum guru dan pemain saham, SBY pun berusaha bergeser untuk mencari dukungan. Kali ini baru rakyat kecil yg menjadi basis politiknya. Kali ini memanfaatkan harga minyak mentah yg smakin merosot hingga U$ 40/ barel di akhir Desember. Jika melihat harga minyak yg sedemikian rendah, seharusnya harga Bensin bisa diturunkan ke Rp.4000,00 dari Rp.6000,00.
Namun ditangan SBY penurunan hanya mencapai Rp.5000,00. Dan ada indikasi penundaan penurunan harga bensin menjadi Rp4.000,00 hingga Januari 2009. Padahal bulan itu sudah mendekati masa kampanye parpol 2009.
Tak hayal penurunan harga BBM pun menjadi alat politisasi pencitraan sang SBY.
Diposkan oleh Agus Riyanto
COMMENTS